Senin, 06 Agustus 2012

Bayarlah Daku Kau 'Ku follow'

Oleh :  Gelar Pradipta Utama 




Masih ingat rasanya ketika pertama kali bergabung ke Twitter dan mendapatkan follower? 

Beberapa orang mungkin berusaha mendapat follower dengan cara konservatif: saling menyapa, mencari teman-teman lama, mengajak teman bergabung ke Twitter juga, atau cara sedikit radikal: mencari gara-gara alias twitwar, atau mengetik “Folbek dong kakak!” ke seribu akun lain. 

Sebagian orang, lebih progresif lagi: nazar telanjang tengah malam bila dapat 3000 follower.

Twitter memang lebih dari sekadar bertukar kalimat berisikan 140 karakter. Twitter telah menjelma jadi rutinitas, komunitas, dan akhirnya ajang pencarian popularitas. Sampai-sampai, banyak orang rela bersusah-susah membangun citra di Twitter. Terdengar sepele? Mungkin. 

Tapi tidak bagi mereka yang menganggap Twitter teramat serius. Tak jarang, mereka yang punya follower banyak bisa menghasilkan uang dari Twitter. Dan di sisi lain, mereka juga bisa menciptakan percakapan yang populer (trending) mengenai sebuah topik hanya dengan kicauan.

Kini ada cara lebih instan mendapatkan follower, yakni membayar sejumlah uang. Iya, followers itu bisa dibeli kok. Tidak perlu lagi repot-repot memikirkan apa tema twit kita tiap harinya, tidak perlu lagi minta-minta “folbek”, dan tidak perlu lagi mengubek-ubek Wikipedia guna mencari bahan kultwit. 

Cukup dengan keluarkan uang senilai beberapa ratus ribu rupiah, kamu bisa mendapatkan ratusan hingga ribuan follower dalam waktu singkat. Cara menemukan penjual follower? Paling mudah di Kaskus. Cukup ketikkan kata kunci "jual follower" atau "tambah followers", kamu akan menemukan begitu banyak percakapan mengenai transaksi jual-beli follower.

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Andi dari yukfollow.com — yang punya sebuah website berjualan follower. Mereka juga melakukan promosi di media sosial (Twitter dan Facebook).

Model jualannya cukup mudah. Andi bercerita, klien akan datang kepadanya dengan niat mulia menambah follower dalam waktu singkat. "Biasanya sih merek atau bahkan akun pribadi juga ada," kata Andi ketika saya tanya mengenai kliennya.

Bila harga sudah disepakati, Andi akan mulai bekerja. Ia terlebih dahulu akan meminta password dan username kamu. “Tapi keamanan kita jamin kok, nanti silakan diganti passwordnya setelah selesai pengerjaan," katanya.

Setelah itu, followers (dan following) kamu akan bertambah tiap harinya — jumlahnya sesuai paket yang kamu pilih. Kamu tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Rata-rata harga untuk menambah 1000 follower, berdasarkan riset kecil-kecilan yang saya lakukan, berkisar Rp 85 ribu. Durasi pengerjaan? 5-7 hari untuk beberapa ribu follower. 

Lalu, apakah follower ini asli akun sungguhan, ataukah hanya akun bot saja? Bagaimana metode yang digunakan untuk menambahkan follower kita dalam waktu yang begitu singkat?

“Saya jamin itu tanpa bot,” kata Andi. Mungkin itu sebabnya yukfollow.com menawarkan harga paket lebih mahal dibanding layanan sejenis.

Kamu juga bisa memilih tempat tinggal follower, apakah dari luar atau dalam negeri. Biasanya, harga untuk follower dalam negeri akan jauh lebih mahal daripada luar. Logikanya, orang-orang akan lebih percaya jika ada 1000 orang/akun lokal yang memfollow kamu, daripada 1000 orang asing. 

Walaupun, jika diamati lebih cermat, akan mudah diketahui kalau followermu kebanyakan berbayar.

Tapi, dari mana asal akun-akun ini? Percaya atau tidak, ada orang yang tugasnya membuat akun-akun semacam pseudonim semacam ini, untuk lalu dijual. Per hari, ia bisa membuat hingga 50 akun, hanya untuk disetor ke penadah. Cukup mendaftar Twitter, masukkan data palsu, upload avatar dengan gambar yang diambil secara acak dari Internet, dan ketik beberapa twit random. 

Sayangnya, saya tidak berhasil mendapatkan detil berapa honor yang diterima para peternak akun ini.

Seorang pengguna jasa follower berbayar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, sebenarnya tidak ada kejadian yang istimewa setelah follower bertambah jadi ribuan. “Paling ya, tiap harinya jadi ada follower baru. Mungkin karena mereka melihat kok followers gw banyak banget kali ya.”

Dalam dua bulan, follower orang ini bertambah dari 800-an hingga lebih dari 9000. 

"Ya paling jadi banyak yang retweet gue tiap harinya. Hampir tiap twit penting-atau nggak penting pasti ada yang retweet."

Abang Edwin, pegiat media sosial yang aktif menulis di blog teknologi DailySocial, membenarkan bahwa jual-beli follower awalnya terjadi karena kebutuhan para pemegang akun merek untuk memenuhi target mereka yang (saat itu hanya) berupa jumlah follower.

"Tapi akhirnya mereka sadar, strategi seperti ini tidak ada manfaatnya. Tidak ada dampak positif bagi merek, bahkan bisa berdampak negatif," kata Abang. Hasilnya, beberapa merek besar mulai meninggalkan cara instan, serta beralih dari yang tadinya sekadar mementingkan jumlah follower menjadi mementingkan kualitas interaksi yang dibangun.

Lain cerita dengan merek kecil dan menengah yang baru masuk dan mencari kebanggaan. Bagi mereka, jumlah follower masih penting. Mereka ingin orang bertanya-tanya "Siapa sih band ini? Kok followernya bisa sampai banyak banget?". 

Bagaimana dengan individu? Apa alasan seseorang mau mengeluarkan uang beberapa ratus ribu rupiah untuk membeli follower? Alasan mudahnya, menjadi (seakan) terkenal. Sama seperti sebuah brand, akun personal ini butuh sebuah senjata untuk menjadi terkenal mendadak. Jika ia seorang politikus, ia perlu membangun citra banyak orang yang tiap harinya senantiasa mengikuti twit dia — dan lalu menjadi pendukungnya.

Jika ia hanya orang biasa, ia butuh membangun masa agar nantinya ia dilirik pengiklan. "Bisa saja untuk nantinya dijual kembali," kata Abang.

Jadi kesimpulannya, jual-beli follower muncul karena berkaitan erat dengan rasa bangga atau monetisasi Twitter. Tetapi apa pun alasannya, mendapatkan follower dengan cara membeli tentu jauh lebih mudah ketimbang harus berbugil ria di minimarket. Bisa masuk angin!

Bagaimana pendapatmu tentang jual-beli follower? Salurkan di kolom komentar ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar