Rabu, 08 Agustus 2012

Penyakit Kulit Lepra

Menyambung pembahasan kemarin tentang jenis-jenis bercak pada kulit, kali ini saya sajikan artikel mengenai Lepra/ Leprosy.

LEPROSY

Definisi :
Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M.leprae) dimana bakteri tahan asam tersebut menyerang  saraf tepi, kulit, mukosa sal. napas atas, mata, tulang, testis , kecuali SSP. 

SINONIM:
Lepra, Morbus Hansen, Lionthiasis, Elephanthiasis graecorum, Zaraath, Hansenosis, Lepra arabum.

EPIDEMIOLOGI
•     Terdapat di Asia, Afrika, Amerika latin. 
•     Daerah tropis & sub tropis
•     Masyarakat  sosial - ekonomi rendah.
•     WHO: eliminasi kusta thn 2000  1 / 10.000 penduduk.
•     Indonesia : EKT 2000  1,57/10.000.

ETIOLOGI
-    M.leprae pertama kali ditemukan   oleh G.A.Hansen (Norwegia, 1895).
-    Dapat diinokulasi pada binatang   mencit, tikus armadillo, hamster.
-    Menyukai daerah lembab  sekret hidung kering bertahan 9 hari  suhu kamar 46 hari.
-    Masa tunas   umumnya 2 - 4 thn (40 hari - 40 thn).

PATOGENESIS
-    Transmisi belum diketahui pasti --> kulit, sal. napas, sal. cerna.
-    Sebagian besar infeksi subklinis --> sembuh spontan.
-    Sebagian kecil --> timbul gejala klinis. 
-    Tipe ditentukan --> imunitas seluler.
-    Predileksi kuman --> saraf tepi (sel Schwann). 
DIAGNOSIS 
•    Anamnesis, gejala klinis, bakterioskopis, histopatologis, imunologis.
•    Cardinal sign: 
           1. Hilang  rasa (anastesi).
           2. Pembesaran saraf tepi.
           3. Lesi kulit yang khas.
           4. Adanya M.leprae pada  sediaan hapus kulit.

A. Anamnesis
•     Gangguan sensibilitas, pengobatan     terdahulu, riwayat keluarga

B. Pemeriksaan fisis
•     Penerangan ruang baik.
•     Seluruh permukaan kulit (buka  pakaian seluas mungkin)

Periksa : 
*Lesi kulit 
•     Perubahan warna, bercak, benjolan penebalan kulit.
•     Gangguan berkeringat, kekeringan, skuama & alopesia.
*Saraf tepi
•    Raba : ukuran, konsistensi, nyeri     bandingkan ka-ki
•    Penebalan saraf tepi : N.aurikularis     magnus, N.ulnaris, N.radialis     kutaneus, N.medianus,     N.poplitea lateralis & tibialis posterior.
•    Gangguan sensibilitas : kapas, tabung reaksi, jarum.
•    Gangguan motorik : Voluntary muscle test (VMT).
•    Gangguan otonom : tes Gunawan, histamin, pilokarpin.

*Pemeriksaan komplikasi
•     Organ lain yg terkena : mata, hidung, laring, testes.
•     Reaksi kusta.
•     Gangguan sensorik, motorik, otonom.

*Pemeriksaan fisis umum  Sebelum pengobatan  ada / tidaknya  KI pemberian obat

C. Pemeriksaan bakterioskopis
•    Membantu menegakkan diagnosis & pengamatan     pengobatan
•    Tempat yg padat kuman : cuping telinga bagian bawah, lesi yg paling aktif (plg eritem & infiltratif).

D. Pemeriksaan Histopatologis
-    Tipe Tuberkuloid : tuberkel, kerusakan saraf lebih nyata, BTA – atau hanya sedikit & non solid.
-    Tipe Lepromatous : Subepiderma clear zone à berisi sel Virchow, banyak basil.
-    Tipe Borderline : campuran unsur tersebut.

E. Pemeriksaan Imunologis
Tes lepromin  membantu klasifikasi: * Fernandez        * Mitsuda 

KLASIFIKASI (RIDLEY & JOPLING)
A. Tipe Tuberkuloid (TT)
•    Klinis: lesi tunggal, makula / plakat, ukuran bermacam- macam,  batas tegas, anastesi (kecuali pada muka), alopesia, kulit kering & kadang-kadang bersisik, penebalan saraf.
•    Bakteriologis : BTA (–)
•    Histopatologis : atropi epidermis, granuloma epiteloid, limfosit, sel raksasa, BTA -, dekstruksi adneksa 
•    Tes lepromin positif kuat ( +++)

B. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
•    Klinis: lesi 2-5, makula/plakat, ukuran bervariasi, asimetris,   batas tidak selalu tegas, kurang xerotic sensibilitas & pertumbuhan rambut terganggu,  bebera saraf menebal, disfungsi sensorik & motorik.
•    Bakteriologis : BTA –, kadang sedikit kuman.
•    Histopatologis : mirip TT, sel epiteloid  lebih difus dari TT, kuman hanya pada saraf.
•    Tes lepromin positif lemah (+ atau ++).
C. Tipe Mid-Borderline (BB)
•    Lesi beberapa buah (> BT), punch out, asimetrist, ukuran bervariasi, permukaan mengkilap,  pertumbuhan rambut & sensibilitas berkurang, penebalan saraf ringan tanpa kelainan motorik.
•    Bakteriologis: BTA  (+) sedang sediaan kulit, kerokan hidung (-).
•    Histopatologis : granuloma sel epiteloid difus dgn limfosit sedikit tanpa sel raksasa, kelim sunyi jelas, kuman dalam jumlah sedang dalam dermis dan saraf,
•    Tes lepromin : (-).
D. Tipe Borderline Lepromatosa (BL)
•    Klinis : lesi  btk plakat, banyak asimetri, permukaan mengkilap, pertumbuhan rambut & sensitifitas hanya berkurang sedikit.
•    Bakteriologis : BTA (+) kuat pada sediaan hapus kulit, kerokan hidung sama dengan BB.
•    Histopatologis : granuloma makrofag, limfosit berkelompok / tersebar pada granuloma, kadang ada sedikit sel epiteloid, perineurium à onion skin, kelim sunyi (+), basil banyak, tersebar satu-satu / berkelompok
•    Tes lepromin : (-).
E. Tipe Lepromatosa (LLp)
•    Klinis : lesi sangat banyak, bilateral simetri, ukuran kecil,  bentuk; makula, papul, nodul, mengkilap, batas tdk jelas, kadang serupa warna kulit,  tdk ada ggn sensibilitas & pertumbuhan rambut, anastesi glove and stocking.
•    Bakteriologis : (+) kuat ada globi pada sediaan dapus & kerokan hidung.
•    Histopatologis :  epidermis menipis, rete ridges mendatar, kelim sunyi nyata, dermis bagian bawah ditemukan sel eproma difus, limfosit & sel plasma sedikit. 
•    Tes lepromin : (-).
F. Tipe Indeterminate
•    Klinis: makula tunggal, batas jelas/ tidak, sensibilitas tidak terganggu.
•    Bakteriologis: BTA (-).
•    Histopatologis : tidak khas, infiltrasi limfositik & histiositik non spesifik yg tersebar. 
•    Tes lepromin : tidak tentu.

WHO (1981):
•     PB   I, TT, BT dgn IB < 2+
•     MB  LL, BL, BB dgn IB > 2+

WHO (1987):
•     PB   BTA -  , I, TT, BT 
•    MB   LL, BL, BB (BTA +)

WHO 1995
PB
Lesi : makula, papul, nodus à 1-5
          Hipopigmentasi, eritem
          distribusi tidak simetris
          hilangnya sensasi jelas
Saraf : Hanya satu cabang saraf yang  rusak.

MB
Lesi kulit : > 5 lesi
                  distribusi > simetris,
                  hilangnya sensasi tidak jelas
Saraf : banyak cabang saraf
Diagnosis banding  
•    Makula hipopigmentasi  T.versikolor, vitiligo, P.alba, hipopigmentasi pasca inflamasi.
•    Plakat & anular eritem dermatofitosis, tbc kutis, psoriasis.
•    Nodus  neurofibromatosis,     sarkoma kaposi
•    Infiltrat difus  mikosis fungoides, retikolusis.
•    Anastesi  trauma saraf, neuritis perifer

PENGOBATAN
MB
Rifampisin : 600 mg sekali sebulan
Klofasimin :
    300 mg/bln     (pengawasan)
    50 mg/hari tanpa pengawasan
DDS : 100 mg/hr atau 1-2 mg/kgbb tanpa pengawasan
Pengobatan selama 1 thn atau 12 dosis dlm 12 – 18 bln

PB
Rifampisin & DDS à seperti diatas 
•    Lesi kulit 2 – 5  diberikan 6 dosis dalam 6-9 bln
•    Lesi tunggal : Rifampisin 600 mg, Ofloxasin 400 mg & Minocin     100     mg dosis tunggal.

Kontra indikasi
Rifampisin : ggn fungsi hati & ginjal  berat
Klofazimin :  Nyeri perut berulang
DDS : hanya diberikan jika Hb normal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar