Pernahkah Anda mendengar obat bernama gefinitib? Ini adalah obat kanker paru untuk pasien yang sel kankernya sudah bermutasi.
Untuk mengetahui ada-tidaknya mutasi, pengujian dilakukan di laboratorium dengan mengecek gen EGFR -epidermal growth factor receptor- reseptor yang berperan dalam pembelahan sel.
Karena berkaitan dengan gen, penelitian DNA (deoxyribonucleic acid, tempat penyimpanan informasi genetik) diperlukan. Dari DNA sel kanker yang sudah digandakan, peneliti bisa mengetahui banyak hal, termasuk ada-tidaknya mutasi sel kanker.
Jika ada mutasi, khasiat gefitinib untuk menundukkan sel kanker bisa mencapai 70 persen. Sebaliknya, jika gen tersebut belum bermutasi, obat ini tidak berkhasiat.
Lantaran sasaran obatnya spesifik, pengobatan ini kerap disebut terapi target. "Obat ini seperti punya mata. Ia hanya menyerang sel kanker," kata Ahmad R. Utomo, peneliti di Stem Cell and Cancer Institute seperti dikutip Majalah Tempo edisi Senin 8 Oktober 2012.
Kerja obat gefinitib jelas bertolak belakang dengan kemoterapi, yang berpotensi merusak sel-sel sehat.
Hingga saat ini, menurut Utomo, Stem Cell and Cancer Institute sudah meneliti hampir 300 jaringan sel kanker paru dan 700 jaringan sel kanker kolorektal yang dikirim para dokter dari berbagai rumah sakit. Uji laboratorium biasanya butuh waktu lima hari. “Hasil pengujian membuat dokter lebih enak menjelaskan ke pasien," kata Utomo.
Kalaupun ada kendala, biasanya bukan datang dari tes DNA, melainkan dari mahalnya obat. Saban hari pasien harus menelan satu pil gefitinib, yang harganya hampir Rp 1 juta dan mesti diminum seumur hidup atau sampai khasiatnya tak direspons lagi oleh tubuh.
Sel kanker. novosti.rs
Sumber: Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar