Selasa, 06 November 2012

Insomnia Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Orang yang mengalami insomnia atau susah tidur di malam hari sebaiknya segera melakukan terapi untuk menghilangkan kebiasaan itu. Sebuah hasil studi yang dilakukan peneliti Taiwan cukup menjadi alasannya. Mereka menemukan orang dengan insomnia mempunyai risiko dua kali lebih besar terkena serangan jantung atau stroke dibandingkan dengan mereka yang tidur normal.

Banyak studi menemukan gangguan tidur dapat menyebabkan atau berkontribusi pada kondisi fisik dan mental seperti obesitas, depresi, tekanan darah tinggi, dan bahkan berkurangnya memori otak. Dapat pula terjadi keadaan-keadaan tertentu menyebabkan insomnia, seperti nyeri, mulas, hipertiroidisme, dan kecemasan.

Dalam studinya, penelitian yang dipimpin Dr Chien-Yi Hsu dari Taipei Veterans General Hospital ini menggunakan basis data kesehatan nasional yang terdiri dari 2 juta orang. Setelah mengeluarkan pasien-pasien yang mengalami depresi, gangguan kecemasan, mendengkur, epilepsi, dan penyalahgunaan narkotika, peneliti mengindentifikasi ada sekitar 11 ribu orang berusia minimal 45 tahun yang mengalami insomnia dan 32 ribu orang yang tidak mengalami insomnia.

Setelah empat tahun melihat perkembangan partisipan, peneliti menemukan bahwa 1,6 persen dari partisipan yang insomnia mengalami serangan jantung. Sementara itu, pada orang yang tidak insomnia hanya 0,76 persen yang mengalami serangan jantung. Lebih lanjut, persentase orang insomnia yang mengalami stroke adalah 11,2 persen, dan pada orang yang tidak insomnia adalah 6,5 persen.

Sebagaimana dilansir dari laman Daily Mail, Ahad, 4 November 2012, peneliti menyimpulkan bahwa insomnia berasosiasi dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler di masa depan, seperti serangan jantung dan stroke. Hasil penelitian ini dipresentasikan pada pertemuan ilmiah American Heart Association, Senin lalu, di Los Angeles, Amerika.

"Ini adalah temuan penting dan dibangun di atas riset sebelumnya yang menunjukan peningkatan risiko serangan jantung yang diasosiasikan dengan insomnia," kata Dr. Gregg Fonarow mengomentari studi ini. Gregg adalah guru besar kedokteran kardiovaskuler di University of California Los Angeles David Geffen School of Medicine. "Studi ini menambah informasi baru bahwa ada hubungan yang kuat antara insomnia dan stroke, misalnya."

Menurut Gregg, bukan berarti hasil studi ini menyarankan dokter untuk agresif dalam menangani pasien yang insomnia. "Bekerja menangani insomnia adalah bagus untuk kualitas hidup. Tapi, terlalu dini untuk mengatakan mengobati insomnia akan menurunkan peluang penyakit jantung." 

sumber: Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar